Tags

,

Sejenak mencipta komposisi bebunyian di kota Nijmegen. Pada suatu siang tetiba ada suara bag pipe di perlintasan jalan. Di dalam sebuah lorong yang letaknya tak jauh dari lapang terbuka, seorang tinggi tegap memainkan alat musik tiup ini. Sementara itu lonceng berdentang setiap siang di menara Gereja. Suaranya menyebar ke segala penjuru. Terdengar nyaring dari dalam kamar di Extrapool.

Saya tambahkan suara mesin kopi di dalam komposisi ini. Muasal suaranya dari pabrik Kopi Aroma yang terletak di daerah Banceuy. Ini pabrik kopi kebanggaan kota Bandung yang didirikan sekira tahun 1939. Pak Widya Pratama, generasi ke-3 pemilik Kopi Aroma telah berbaik hati berbagi cerita dan membiarkan saya merekam suara mesin-mesin di pabriknya. Berulang kali saya datang ke pabrik untuk mendengar cerita Pak Widya dan mendengar suara mesin yang berfungsi baik walau telah dimakan usia. Tempat ini seperti museum hidup yang saban hari menyiarkan narasi tentang kopi.

Kisah kopi di Bandung merekam sebuah periode yang diistilahkan sebagai era Preanger Stelsel (Sistem Priangan). Sistem ini mulai dikembangkan pada 1720 dan menemukan puncaknya pada abad ke-18 (1830-1870). Awalnya Preanger Stelsel diinisiasi persekutuan dagang Belanda (VOC) di bawah kendali Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch, yang mewajibkan para petani di wilayah Priangan menanam komoditas yang diperuntukan bagi pasar Eropa kala itu. Diantara komoditas yang wajib ditanam di Priangan adalah teh dan kopi. Di kemudian hari Preanger Stelsel berkembang menjadi Cultuur Stelsel, sistem tanam paksa yang beroperasi selama berabad lamanya di kepulauan Nusantara.

Tweede Walstraat 5, 31 Oktober 2012